ANALISIS FAKTOR KEMISKINANAN | GEOGRAFI
Pengangguran dan ketenagakerjaan
sampai saat ini masih menjadi perhatian utama disetiap negara di dunia
khususnya dinegara yang sedang berkembang. Kedua masalah tersebut merupakan
satu kesatuan yang keduanya menciptakan dualisme permasalahan yang saling bertentangan
antar satu dengan yang lainnya. Dualisme tersebut terjadi jika pemerintah tidak
mampu dalam memanfaatkan dan miminimalkan dampak yang diakibatkan dari dua
persalahan tersebut dengan baik.
Pembangunan nasional
dengan menitik beratkan pada pertumbuhan yang tinggi merupakan prioritas utama.
Ini dilakukan untuk mempercepat transformasi ekonomi menuju yang lebih baik.
Pertumbuhan ekonomi juga berkaitan erat dengan peningkatan produksi barang dan
jasa, yang diukur antara lain melalui Produk Domestik Bruto (PDB) pada tingkat
nasional dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tingkat daerah. Dampak
pembangunan nasional mempunyai kaitan erat atas pembangunan daerah, sebab
daerah merupakan satu kesatuan bagian integral dari negara kesatuan Indonesia. Menurut
Soeparmoko (2002) Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana
Pemerintah Daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya- Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Jambi, 2014 2 sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola
kemitraan antara Pemerintah Daerah dan pihak swasta guna penciptaan lapangan
kerja, serta dapat merangsang pertumbuhan ekonomi di daerah bersangkutan.
Keberhasilan pembangunan
ekonomi daerah, sangat ditentukan oleh kebijakan-kebijakan pembangunan yang
berlandaskan pada upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang mampu menciptakan
lapangan kerja secara optimal dari segi jumlah, produktivitas dan efisien. Dalam
penentuan kebijakan, haruslah memperhitungkan kondisi internal maupun perkembangan
eksternal. Perbedaan kondisi internal dan eksternal hanyalah pada jangkauan
wilayah, dimana kondisi internal meliputi wilayah daerah/regional, sedangkan
kondisi eksternal meliputi wilayah nasional.
Tenaga Kerja adalah
penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut Undang Undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang ketenagakerjaan, yang disebut sebagai tenaga kerja adalah setiap
orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa
baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Dalam teori ketenagakerjaan menurut
BPS digunakan Konsep Dasar Angkatan Kerja (Standar Labour Force Concept)
seperti yang digunakan dalam Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas). Konsep
ini merupakan konsep yang disarankan dan rekomendasikan International Labour
Organization (ILO). Lebih lanjut disebutkan bahwa penduduk dibedakan atas usia
kerja dan penduduk bukan usia kerja. Sedang penduduk usia kerja dibedakan atas dua
kelompok, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja terdiri
dari penduduk yang bekerja dan pengangguran.
Tingkat pemutusan
kerja dan perolehan kerja inilah yang menentukan tingkat pengangguran (Mankiw,
2003). Pengangguran terbuka dapat pula wujud sebagai akibat dari kegiatan
ekonomi yang menurun, dari kemajuan teknologi yang mengurangi penggunaan tenaga
kerja, atau sebagai akibat kemunduran perkembangan suatu industri. Pengangguran
terbuka dapat juga dikatakan sebagai wujud dari kegiatan ekonomi yang menurun,
dari kemajuan teknologi yang mengurangi penggunaan tenaga kerja, atau sebagai
akibat dari kemunduran perkembangan suatu industri (Sukirno, 2004). Pengangguran
terbuka adalah pengangguran baik sukarela (mereka yang tidak mau bekerja karena
mengharapkan pekerjaan lebih baik) maupun secara terpaksa (mereka yang mau/ingin
bekerja tetapi tidak memperoleh pekerjaan).
Konsep Tenaga kerja
sendiri diartikan sebagai penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan
pekerjaan, yaitu usia 15-65 tahun. Menurut UUNo.13 tahun 2003, tenaga kerja
merupakan setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang
dan jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun orang lain atau
masyarakat. Dalam permasalahan ini tenaga kerja dikelompokkan menjadi :
A.
Tenaga
Kerja Terdidik adalah tenaga kerja yang memerlukan jenjang pendidikan yang
tinggi. Misalnya dokter, guru, insinyur dsb.
B.
Tenaga
Kerja Terlatih adalah tenaga kerja yang memerlukan pelatihan dan pengalaman.
Misalnya sopir, montir dsb.
C.
Tenaga
Kerja tidak Terdidik dan Terlatih adalah tenaga kerja yang dalam pekerjaannya
tidak memerlukan pendidikan ataupun pelatihan terlebih dahulu. Misalnya tukag
sapu, tukang sampah.
Klasifikasi Penduduk Berdasar
Ketenagakerjaan
Menurut Gray (1992),
tujuan penciptaan kesempatan kerja berkaitan erat dengan pertimbangan
pemerataan pendapatan, mengingat bagian terbesar kelompok penduduk yang
tergolong penganggur sekaligus merupakan golongan yang berpenghasilan rendah.
Dan terdapat golongan penganggur terdidik yang hidup dari bantuan keluarga
sambil menunggu kesempatan kerja dengan tingkat upah yang memenuhi harapannya,
biasanya kesempatan kerja di sektor pemerintah.
Manurung (2001) menyatakan bahwa pada negara berkembang, Tenaga kerja (KL) masih merupakan faktor produksi yang sangat dominan. Penambahan tenaga kerja umumnya sangat berpengaruh terhadap peningkatan output. Yang menjadi persoalan adalah sampai berapa banyak penambahan tenaga kerja yang akan meningkatkan output. Hal ini tergantung dari seberapa cepat terjadinya The Law Diminishing Return (TDLR), sedangkan cepat lambatnya proses TDLR sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dan keterkaitan dengan kemajuan teknologi (T) produksi. Selama sinergi antara TK dan teknologi maka penambahan TK akan memacu pertumbuhan ekonomi, dengan demikian dapat dikatakan pada saat terjadi pertumbuhan ekonomi disisi lain juga akan terjadi penyerapan tenaga kerja.
Kabupaten Hulu Sungai
Selatan adalah salah satu kabupaten di Kalimantan Selatan, Indonesia. Ibu kota
sekaligus pusat pemerintahan terletak di Kandangan. Hulu Sungai Selatan
memiliki luas sekitar 1.703 km² dan berpenduduk sekitar 212.485 jiwa dan pada
tahun 2019 berjumlah 237.702 jiwa dengan jumlah penduduk dan letak
geografis serta peranan regional yang relatif terus berkembang semakin besar
dan strategis, namun Kabupaten hulu sungai selatan juga memiliki keterbatasan
ruang sebagai bagian dari daya dukung lingkungan serta tingkat pengangguran
terbuka tahun 2015 mencapai 2,84%. Dan di dominasi oleh pengangguran terbuka
perempuan yaitu sebesar 3,39% pada tahun 2015.
Hal itu mengakibatkan
jumlah pengangguran yang meningkat yang menjadikan masalah yang sangat serius
kepada negara, karena jumlah pengangguran merupakan indikator kemajuan ekonomi
suatu negara. Berdasarkan analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa jumlah
penduduk, upah, dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang positif dan
kecenderungan kuat terhadap pengangguran. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan
populasi dan angkatan kerja, upah, dan pertumbuhan ekonomi sejalan dengan peningkatan
jumlah pengangguran. Sementara tingkat inflasi memiliki hubungan positif yang lemah,
yang berarti bahwa tingkat inflasi tidak memiliki hubungan terhadap jumlah pengangguran.
Analisis kurva Phillips menggambarkan hubungan antara inflasi dengan tingkat pengangguran
tidak cocok diterapkan di Indonesia. Upah adalah sumber penghasilan, bila
sumber penghasilan turun atau tetap maka kesejahteraan juga turun atau tetap
dan itu juga pasti akan mempengaruhi tingkat kemiskinan. Upah yang diberikan nyatanya
secara riil nilainya cukup rendah meskipun secara nominal angkanya cukup
tinggi.
Produktivitas secara
sederhana dapat diartikan dengan peningkatan kuantitas dan kualitas. Menurut
Utami (2015) produktivitas tenaga kerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti umur, tingkat pendidikan formal, pengalaman bekerja, upah, dan curahan
tenaga kerja.Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas tenaga
kerja antara lain tingkat pendidikan, usia, pengalaman kerja, dan jenis
kelamin. Angkatan kerja Indonesia selainjumlah yang besar juga
rata-ratamemiliki tingkat Pendidikan yangrendah.Jika tingkat pendidikan pekerja
berkolerasi positif Denganketerampilan dan produktivitas,kondisi ini menunjukkan
sebagianbesar tenaga kerja Indonesiamerupakan pekerja yang memilikiketerampilan
yang rendah (Suyono dan Hermawan, 2013).Tingkat pendidikan sangat dibutuhkan
untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas sebab dengan pendidikan
dapat menciptakan pola pikir tenaga kerja sehingga mampu untuk bersaing dalam
dunia kerja. Semakin tinggi pendidikan seorang pekerja maka pengetahuan dan
wawasannya pun semakin luas, dapat berpikir lebih terarah, sehingga pada
akhirnya produktivitasnya juga cenderung semakin tinggi.
Berdasarkan data
tersebut, dapat disimpulkan bahwa dari segi pendidikan, tenaga kerja industri
kecil Kabupaten Hulu Sungai Selatan dikategorikan cukup tinggi.Hal ini
ditunjukkan oleh dominan responden berpendidikan SMA/SMK. Tingkat pendidikan
yang tinggi dapat menunjang pengetahuan, wawasan, dan keterampilan sehingga hal
ini dapat mempengaruhi tingkat produktivitas tenaga kerja.
Perbaikan dan
peningkatan akses pendidikan secara gratis adalah salah satu kunci mengatasi
masalah rumit pendidikan dan kemiskinan ini. Todaro (2000) menyebutkan bahwa
sumber utama dari pertumbuhan ekonomi dan kemajuan negara-negara maju saat ini bukanlah
“physical capital”, melainkan “human capital¨. Oleh karenanya, komitmen
pemerintah yang benar-benar nyata sangat ditunggu. Selain akses pendidikan yang
harus terbuka lebar, orientasi pendidikan pun harus diarahkan kepada penciptaan
lulusan sekolah yang mampu menjadi wirausaha yang pada gilirannya akan menciptakan
lapangan kerja, bukan hanya sekedar pencari kerja. Pemerintah pun perlu
memberikan dukungan dan penyederhanaan aturan dalam mendorong tumbuhnya
wirausaha wirausaha baru
Secara parsial,
produktivitas berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengangguran di
Indonesia. Terdapatnya pengaruh yang signifikan antara tingkat pengangguran dan
produktivitas mengindikasikan bahwasanya tingkat pengangguran dipengaruhi oleh
produktivitas. Apabila produktivitas mengalami peningkatan maka kemampuan
tenaga kerja dalam menghasilkan output akan meningkat sehingga akan berdampak
terhadap peningkatan permintaan tenaga kerja. Peningkatan permintaan tenaga
kerja ini akan menurunkan tingkat pengangguran. Sebaliknya, apabila produktivitas
mengalami penurunan maka kemampuan tenaga kerja dalam menghasilkan output akan
menurun sehingga akan berdampak terhadap penurunan permintaan tenaga kerja.
Penurunan permintaan tenaga kerja ini akan meningkatkan tingkat pengangguran.
Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya
Pengangguran
1) Pendidikan
A.
Minimnya
tingkat pendidikan terakhri pada warga membuat warga menjadi kesulitan untuk
mencari lapangan pekerjaan karena kemampuan dan pengetahuan yang minim.
B.
Kualitas
Pendidikan yang ada tercermin dari banyaknya sekolah atau tempat pendidikan dan
sarana-prasarana yang tersedia. Karena jumlah Sekolah yang terdapat di desa ini
tidak lah banyak, sehingga warga kesulitan untukmengakses pendidikan, selain
itu jarak yang tersedia terlalu jauh dari beberapa rumah warga, sehingga warga
menjadi malas untuk menempuh pendidikan, selain itu fasilitas yang terdapat di sekolah-sekolah
pada desa ini juga sangat sederhana, sehingga kurang membangkinkan semangat
belajar siswa
C.
Jenis
pendidikan yang terdapat pada desa ini adalah pendidikan formal, seperti sekolah
dasar. Hanya terdapat 2 sekolah dasar pada desa ini
D.
Jarak
antara tempat tinggal dan sekolah menjadi permasalahan bagi warga untuk mengakses
pendidikan, selain itu tidak tersedianya transportasi umum pada desa ini.
2) Keterampilan
a)
Bagi
beberapa warga yang memiliki keterampilan lebih mereka memilik untuk berwirausaha
dalam bidang peternakan ( umbia ), selain itu terdapat warga yang membentuk
kelompok kerajinan,
b)
Usaha
pemerintah desa / kepala desa saat ini sedang mengadakan pelatihan bagi
warga-warga yang berstatusnya pengangguran,
c)
Ditemukan
pesaing antar warga untuk setiap keterampilan, pesaing yang ada adalah sesama
warga ataupun dari desa- desa lainnya yang telah memiliki SDM yang memiliki
kemampuan dan semangat lebih.
3) Upah
A.
Besarnya
upah yang didapat jika para warga bekerja sebagai petani atau buruh tani hanya
bersekitar 300 – 500 ribu per bulannya, namun jika ada musim panen maka upah
bisa diberikan lebih
B.
Tetapi
tidak semua petani atau buruh tani mendapatkan upah rutin setiap bulannya,
karena ada beberapa juragan tanah / pemodal yang memberikannya per 3 bulan
taupun per 6 bulan sekali.
C.
Permasalahan
upah menjadikan warga ingin mencari pekerjaan diluar desa, namun dikarenakan
keterbatasan pengetahun sehingga membuat mereka pun sulit untuk mendapatkan
pekerjaan tersebut.
4) Informasi
A.
Tidak
adanya informasi untuk mencari pekerjaan sesuai kemampuan atau keterampilan
yang warga miliki, sehingga warga cenderung untuk tetap tinggal di desa
mengikuti jejak orang tua yang berprofesi sebagai petani, buruh tani, pedagang
ataupun pembantu rumah tangga.
B.
Akses
informasi yang minim, sehingga menyebabkan angka penganguuran. Diharapkan
pemerintah desa setempat lebih mengarahkan warga yang berstatus pengangguran
untuk dapt memperoleh pekerjaan dan membangkitkan motovasi mereka untuk bekerja
guna memperbaiki keadaan perekonomian keluarga
Kesempatan kerja
yang dirasakan semakin berkurang setiap tahunnya. Belum lagi dengan persaingan
antar pekerja yang semakin ketat. Kesempatan kerja diklasifikasikan dalam tiga
kategori, yaitu: Kesempatan kerja formal Kesempatan kerja informal Tambahan
kesempatan kerja. Bila dilihat dari tingkat pendidikan, tenaga kerja di
Indonesia lebih banyak terserap di sektor informal. Kesempatan kerja di
Indonesia umumnya tidak terdistribusi sempurna atau tidak merata.
Faktor penyebab terjadinya pengangguran salah
satunya dari sisi pendidikan, tidak memiliki keterampilan yang memadai,
lapangan kerja yang minim pada daerah tersebut dan keterbatasan menerima informasi.
DAFTAR PUSTKA
Dongoran,
F. R. (2016). Analisis jumlah pengangguran dan ketenagakerjaan terhadap
keberadaan usaha mikro kecil dan menengah di kota Medan. EduTech: Jurnal Ilmu
Pendidikan dan Ilmu Sosial, 2(2).
Syairozi,
M. I., & Susanti, I. (2018). Analisis Jumlah Pengangguran dan
Ketenagakerjaan terhadap Keberadaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kabupaten
Pasuruan. Jurnal Samudra Ekonomi dan Bisnis, 9(2), 198-208.
Taryono,
T., & Ekwarso, H. (2012). Analisis Ketenagakerjaan Pada Wilayah Pedesaan Di
Kabupaten Kampar. Jurnal Sosial Ekonomi Pembangunan, 3(7), 1-23.
Soleh,
A. (2017). Masalah ketenagakerjaan dan pengangguran di Indonesia. Cano
Ekonomos, 6(2), 83-92.
Junaidi,
J., Zulfanetti, Z., & Hardiani, H. (2014). Analisis Kondisi Ketenagakerjaan
di Provinsi Jambi.
Muslim,
M. R. (2014). Pengangguran terbuka dan determinannya. Jurnal Ekonomi &
Studi Pembangunan, 15(2), 171-181.
Ningrum,
S. S. (2017). Analisis Pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka, Indeks
Pembangunan Manusia, Dan Upah Minimum Terhadap Jumlah Penduduk Miskin Di
Indonesia Tahun 2011-2015. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 15(2), 184-192.
Ukkas,
I. (2017). Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja industri
kecil kota palopo. Kelola: Journal of Islamic Education Management, 2(2).
Harlik,
H., Amir, A., & Hardiani, H. (2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi
kemiskinan dan pengangguran di Kota Jambi. Jurnal Perspektif Pembiayaan dan
Pembangunan Daerah, 1(2), 109-120.
Zulhanafi,
M. E., Aimon, H., & Syofyan, E. (2013). Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas dan tingkat pengangguran di Indonesia. Jurnal kajian
ekonomi, 2(03).
Sugianto,
S., & Yul, Y. T. P. (2020). FAKTOR PENYEBAB PENGANGGURAN DAN STRATEGI
PENANGANANPERMASALAHAN PENGANGGURAN PADA DESA BOJONGCAE, CIBADAK LEBAK PROVINSI
BANTEN. IKRA-ITH EKONOMIKA, 3(2), 54-63.
Franita,
R. (2016). Analisa pengangguran di Indonesia. Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial,
1(3), 88-93
Maryati,
S. (2015). Dinamika pengangguran terdidik: tantangan menuju bonus demografi di
Indonesia.
Economica: Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera
Barat,
3(2), 124-136.
Chalid,
N., & Yusuf, Y. (2014). Pengaruh tingkat kemiskinan, tingkat pengangguran,
upah
minimum
kabupaten/kota dan laju pertumbuhan ekonomi terhadap indeks pembangunan
manusia
di Provinsi Riau. Jurnal ekonomi, 22(2), 1-12
Greenwood,
J., Sanchez, J. M., & Wang, C. (2013). Quantifying the impact of financial
development
on economic development. Review of Economic Dynamics, 16(1), 194-215.
Posting Komentar untuk "ANALISIS FAKTOR KEMISKINANAN | GEOGRAFI"